Rhodoy R. Ediyansyah

Sabtu, 01 April 2017

Bersedekah Dengan Tidak Merendahkan Harga Diri Penerimanya

Selamat datanng kembali bagi yang sebelumnya sudah pernah mampir di blog sederhana ini dan salam kenal bagi yang baru pertama kami membaca tulisan sederhana saya yang masih jauh dari kata sempurna. Kali ini saya akan menulis sedekah yang tidak merendahkan harga diri penerimanya. Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah cerita di facebook, saya tidak tahu apakah ini fiksi atau memang kisah nyata yang jelas menurut saya menarik untuk dikomentari.

sedekah
Ilustrasi by: pixabay.com
Sebelum masuk ke pembahasan utama, saya akan mengutip pengertian sedekah dari Wikipedia dulu agar terlihat sedikit ilmiah.

Sedekah berasal dari basaha Arab sadakah yang artinya adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta.
Saya tidak tahu apakah kata sedekah ini khusus untuk orang muslim atau yang memiliki keyakinan lain ketika memberikan sesuatu kepada orang lain secara sukarela juga menggunakan bahasa sedekah. Yang jelas ketika mengutip sesuatu saya tidak berani untuk merubahnya, jadi bahasa ini jangan dianggap memiliki unsur diskriminasi apa lagi penistaan terhadap agama selain Muslim.

Kembali lagi ke topic awal yaitu tentang sedekah yang tidak merendahkan harga diri penerimanya. Seperti yang saya sebutkan diawal tulisan ini terinspirasi dari cerita di facebook, berikut saya lampirkan kutipan ceritanya:

Seorang lelaki tua, pakaian lusuhnya menampakkan jelas kefaqiran yang ia alami, ia memasuki sebuah toko megah untuk membeli selimut, ia membutuhkan 6 buah selimut untuk keluarganya di musim dingin ini, tapi uang yang ia miliki hanya 100 riyal
Pemilik toko berkata :
Oh ada pak, saya punya selimut bagus buatan Turki, harganya juga murah, hanya 20 riyal per buah. Kalau bapak beli 5 buah akan mendapat bonus 1 buah
Lega ..
Terpancar diwajah lelaki tua itu
Segera ia mengulurkan lembaran uang 100 riyal miliknya, dengan wajah berseri sambil membawa selimut ia berlalu pergi
Teman si pedagang yang sedari tadi duduk memperhatikan ini berkata :
Engkau ini aneh sekali, bukankah kemarin engkau mengatakan selimut itu jenis selimut termahal di tokomu ini, kalau tidak salah kemarin engkau menawarkan nya padaku seharga 350 riyal per helainya
Pedagang itu menjawab :
Benar sekali, kemarin aku menjual padamu 350 riyal tidak kurang sedikitpun, kemarin aku berdagang dengan manusia, hari ini aku berdagang dengan ALLAH
Aku ingin keluarga laki-laki tua tadi dapat terhindar dari dingin di musim dingin yang akan datang sebentar lagi dan aku berharap ALLAH menghindarkanku serta keluargaku dari panas nya api neraka di akhirat nanti
Demi ALLAH, kalaulah tidak karena menjaga harga diri laki-laki tua tadi, aku tidak ingin menerima darinya uang sedikitpun, aku tidak ingin ia merasa menerima sedekah sehingga merasa malu di hadapan kita disin

Setelah membaca kisah diatas, saya mengambil beberapa kesimpulan dan pelajaran berharga yang menurut saya pribadi ini baik untuk diterapkan dalam kehidupan kita khusus dalam memberi dan menerima sedekah;

Pertama, memberi sedekah harus tepat sasaran.
Sekarang ini banyak sekali orang yang memanfaatkan dermawan (bukan nama orang) untuk dijadikan lahan bisnis. Polanya mempekerjakan orang yang dibuat seolah fakir miskin untuk meminta-minta. Para “karyawannya” ini ditebar di tempat-tempat keramaian yang strategis seperti daerah pusat perbelanjaan, lampu merah, dan lain-lain. Biasanya mereka memanfaatkan orang cacat, lansia, bahkan ada yang tanpa cacat dan masih produktif juga turut dipekerjakan ditambah “hiasan” anak kecil yang senghaja dibuat lusuh.

Selain itu juga ada yang bekerja secara mandiri dengan berbagai kreatifitas dan inovasi, mulai dari yang pura-pura cacat, pura-pura lapar, dan lain-lain. Di daerah saya bulan Agustus tahun 2016 lalu sempat heboh atas terbongkarnya modus seorang pemulung yang selalu pura-pura sakit perut seolah-olah belum makan sehingga banyak yang bersedekah karena kasihan. Tapi ternyata bapak tersebut memiliki dua rumanh dan sudah tidak layak untuk diberi sedekah, beritanya baca disini.

Bagi saya sih bersedekah itu baik, tapi akan lebih baik lagi kalau tepat sasaran. Sedekah yang kita berikan benar-benar sampai ditangan mereka yang membutuhkan. Jadi harus bisa memilah dan memilih mana yang layak untuk dibantu dan mana yang hanya modus. Ehh, banyak loh cerita pengemis yang hidup berkecukupan.

Kedua, tidak merendahkan harga diri seseorang.
Kata orang sih, sehina-hinanya seseorang dimata kita tapi belum tentu kita lebih baik dimata Tuhan semesta alam yang menciptakan kita (Allah SWT untuk yang muslim). Jadi sangat tidak patut bagi kita sesama manusia untuk saling merendahkan harga diri, apa lagi terhadap mereka yang kurang mampu. Justru sebaliknya, orang yang kurang mampu seharusnya kita beri perhatian lebih dengan menambah asupan semangat agar bisa merubah nasib.

Menurut saya semangat seseorang akan tumbuh seiring dengan adanya motivasi untuk mewujudkan harapan yang harus dilalui dengan proses. Sebagai peumpamaan harapan seseorang (sebut saja si Anu) ingin memiliki sebuah barang, pasti dia sudah memikirkan rencana apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan harapannya. Tapi tiba-tiba hari ini ada seorang dermawan bernama Una memberinya uang karena dia tahu bahwa si Anu membutuhkan untuk membeli barang tersebut, otomatis rencana yang sudah dipersiapkan si Anu akan sirna.

Dari analogi diatas, sadar atau tidak si Una sudah merendahkan harga diri si Anu dengan “membayar” semua rencana yang sudah dipersiapkannya. Karena bisa saja rencana yang sudah dipersiapkan si Anu tadi bisa mendapatkan nilai lebih dari target yang ingin dicapainya jika dia menjalankan prosesnya dengan baik. 

Yang terahir saya minta kritik dan saran yang sifatnya membangun tulisan saya kedepannya. Jika anda seorang blogger keren yang belum berteman dengan rhodoy.com silahkan follow Disini

15 komentar:

  1. Pengertian saya, disinilah letak pentingnya kita saling mengenaL satu sama lainnya, apalagi yang di sebut tetangga 40 kedepan 40 kebelakang, kanan dan kiri rumah kita sehingga bantuan atau sedekah tidak terkategorikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mba, dengan saling mengenal juga akan melapangkan rezeki sehinggan kemungkinan seseorang untuk diberi sedekah juga semakin minim karena sudah tergolong masyarakat sejahtera.

      Hapus
  2. memang itu hal yang sulit.. saya ada tips tambahan, sebaiknya jika ingin bersedekah itu pada saat sepi dan tidak ada orang lain yang melihat..itu dapat mengurangi perasaan direndahkan bagi yg menerima..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sepakat Om, dengan begitu bisa lebig afdol. Tapi bagaimana caranya, apakah kita mengajak orang yang kamu kita bantu ketempat yang sepi? Nanti malah dikira mau ngajak yang lain lagi. He hee

      Hapus
  3. Allhamdulillah kita jadi orang islam rahmatan lil'alamin.

    BalasHapus
  4. Betul sekali min, setelah membaca artikel ini saya jadi semakin ingin sering-sering bersedekah

    BalasHapus
  5. Sedekah itu sebenarnya melatih diri untuk bisa mengendalikan sifat egois karena ingin menguasai harta sendirian. Ada bagian yang harus disedekahkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mba, tapi tentu akan lebih baik lagi kalau kita bersedekah dengan orang yang tepat.

      Hapus
  6. Bersedekah memang hal yang wajib untuk kita sebagai umat muslim, semoga kita disadarkan untuk sering bersedekah dengan ikhlas, aamiin

    BalasHapus
  7. mantap gan, billgates juga sering bersedekah namun tetap paling kaya di dunia membuktikan, sedekah tidak membuat kita miskin

    BalasHapus
  8. Mau menambahkan bahwa senyum juga termasuk sedekah. namun jika senyumnya senyum sinis yang bisa mengiris perasaan orang lain itu bukan sedekah. menyingkirkan duri/paku yang ada di jalan yang dapat membahayakan orang lain juga termasuk sedekah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar om, banyak cara untuk bersedekah. Tidak punya harta bisa tenaga, tenaga juga tidak kuat bisa dengan senyum.

      Hapus
  9. Nice artikel.. Dengan bersedekah dengan iklhlas membiasakan dan menghindari diri dari sifat pelit, selalu merasa cukup dan berbagi kepada semua.. Semoga kita semua menjadi generasi yang ringan tangan

    BalasHapus
  10. wah ane pernah denger nih ceritanya sangat menyetuh emang gan, bisa di ambil pelajaran disini :)

    BalasHapus
  11. Baca cerita nya ttg penjual karpet itu jd terharu... :) . Bener mas, sedekah itu utk jaman skr, hrs lbh hati2 krn banyak org yg memanfaatkan keadaan. Pura2 miskin, pura2 ga ada duit.. Sementara orang2 yg membutuhkan jd ga mndapat hak nya krn sedekah kita salah sasaran.

    BalasHapus

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.