Ilustrasi |
Hal serupa dapat kita lihat dari bidang ekonomi, banyak pengusaha berbondong-bondong mengantri mengirimkan bunga cantik kepada pemerintah sebagai jalan mempertahankan usaha bisnisnya. Sebagai bentuk menghilangkan perasaan bersalah, pada hari-hari besar keagamaan, mereka para pejabat pemerintahaan itu mencoba menutupi dosa-dosanya di mata masyarakat dengan menyumbang-nyumbangkan uang agar dianggap berwajah baik. Padahal, wajahnya tetap saja kotor, dan akan selalu kotor selama aktivitas haramnya terus diberlangsungkan.
Ilustrasi |
Tak hanya bidang ekonomi saja, korup tak pelak melanda di sektor hukum sekalipun. Hukum yang merupakan kontraksi daripada korupsi ini justru dipenuhi orang-orang berhati busuk dari golongan korupsi. Aktor di dalam hukum ini justru membiarkan banyak pelanggarnya untuk terus menjalankan roda liciknya sehingga korupsi terus dan terus terlestarikan. Pengacara, jaksa, bahkan hakim sekaliber tak akan lagi punya wibawa bilamana disodorkan suap. Bahkan undang-undang-pun kini punya harga di pasar konglomerat, tak lagi punya kekuatan di mata uang. Saat ini, kejahatan bukan lagi sebuah kejahatan bagi para pejabat hukum, melainkan dipandang sebagai keuntungan yang bisa menguntungkan pribadi serta sanak saudaranya.
Solusi?
Pada perkembangannya, sistem kehidupan suatu bangsa dapat dirubah dengan tangan politik dan ekonomi. Namun, harapan yang telah terlampau besar itu justru menjelma menjadi kejenuhan. Kenyataan yang sudah dapat kita saksikan secara perih adalah, keduanya justru menjadi iblis bagi suatu bangsa dan Negara. Jangankan memperbaiki kehidupan bangsa, memperbaiki dirinya sendiri saja tidak pernah bisa. Atas inilah bidang pendidikan yang merupakan harapan tunggal perubahan bangsa tercemar dan ikut berisi masalah. Politik bercampur tangan di bidang ini, uang menjadi alasan.
Berkat cuci tangan politik, pendidikan-pun jatuh pada pengajaran yang sifatnya teknis saja, tidak semata menapaki hati para peserta didiknya. Di sini kita membutuhkan untuk menggalakan pendidikan yang mengubah hati. Pendidikan yang mengubah hati merupakan pendidikan yang membuat para murid untuk merubah hatinya menjadi lebih bermoral, tidak hanya sekedar pada nilai-nilai teknis saja. Akal dapat digunakan sebagai alat mencapai berbagai tujuan, namun hati menggambarkan otentisitas jiwa seseorang. Maka dari itu perlu adanya sosok yang dapat melakukannya, filsuf dan sastrawan sekiranya adalah kunci dari ini semua.
Pendidikan dengan hati dapat menyentuh permukaan terdalam sanubari yang membuat dia berubah. Tidak seperti pendidikan dengan metode penghafalan, ini tidak bisa membentuk hati seseorang. Kemampuan teknis semacam: menghitung, mengolah minyak, membuat besi memang dibutuhkan. Namun, bangsa ini jauh lebih memerlukan sosok orang yang mempunyai kebesaran hati. Hati yang terbuka serta sabar terhadap orang lain tidaklah berkat kesamaan identitas seperti seagama, sebangsa, bahkan satu ras, melainkan berkat kemurnian hati nurani yang selalu haus ingin menolong apapun. Para peserta didik semestinya harus dimulaikan dari sekarang agar mau peduli terhadap dunia. Kepedulian yang tanpa memandang hitungan untung rugi, tetapi berdasarkan solidaritas dari kepekaan hati nurani.
Maksudnya semacam ada sekolah yang menyuap dinas/instansi tertentu supaya sekolahnya jadi sekolah terbaik ya Mas? Sy baru dengar nih. Yang pernah beberapa kali saya dengar soal orang tua yg menyuap supaya anak bisa diterima di sekolah2 favorit.
BalasHapus