Rhodoy R. Ediyansyah

Sabtu, 24 September 2016

Kemana Hewan Kita?

Pernahkah terpikir bagi kalian ketika Negeri tercinta kita ini benar-benar habis kepunyaannya? Setelah tambang emas yang dikeruk hingga menyentuh kerak bumi, sampar penboran minyak yang membuat Negara ini sekarat, kini kita benar-benar dirugikan dengan banyaknya ancaman kepunahan berkenaan dengan permata satwa Negeri ini. Ketertarikan dari Eropa membuat para penjahat berbondong-bondong ingin menlangka-kan satwa-satwa di Indonesia. Para pembeli ini tentu saja menginginkan hewan-hewan cantik berwarna menjadi pemandangan unik mereka di halaman rumah. Ada banyak celah hukum dan kebijakan yang bisa mengakali dalam hal perlindungan satwa langka. Penyelundupan serta korupsi menciptakan menyusutnya hewan-hewan dengan spesies langka di Indonesia.

“Di sini, hanya di pulau kecil ini terdapat biawak pohon biru,” Ungkap ahli biologi Mark Auliya. Pulau Batanta di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, kira-kira nama tempatnya. Dia sangat prihatin dengan keberadaan Biawak Pohon Biru di masa depan. Saat ini, keberadaan populasi hewan langka ini berkurang dengan sangat tajam. Permasalahannya jelas, perdagangan ilegal yang menyangkut satwa langka ini terus terjadi tanpa bisa dibendung. Bagi para pedagang ini, mengirim kepada pembeli di Eropa adalah keuntungan yang melimpah. Pasalnya, di Eropa terjadi tren pemeliharaan hewan langka baik untuk dipeliara secara pribadi maupun kelompok.

Dalam kurun waktu 12 tahun sejak 2004, sudah lebih terjadi pemasukan reptil hidup di Eropa hampir 25 juta. Di Jerman, ada lebih dari 6 juta satwa langka yang masuk hingga 2014 lalu. Padahal, perlindungan spesies internasional yang hampir punah sudah diatur oleh CITES dalam Konvensi Washington. Sedangkan di Eropa terdapat aturan dari Uni Eropa yang diberlakukan terhadap seluruh anggotanya. Namun, aturan-aturan yang demikian tidaklah berguna pada kenyataannya, karena terdapat banyak sekali cara guna mengeluarkan satwa langka dari Negeri asalnya. Selain itu pula, aturan yang dimainkan kadang tidak spesifik, bahkan daftar satwa langka yang dikeluarkan CITES hanyalah sepuluh persen dari total keseluruhan satwa langka di dunia saat ini.

Permasalahan lain yaitu sistem kerja CITES, konferensi hanya digelar tiga tahun sekali, padahal banyak hal dapat terjadi dalam jangka waktu tersebut, ungkap Mark. Terlebih ketika terjadi publikasi penemuan spesies baru  serta pemburu ilegal, tentu saja harus ada reaksi berlanjut. Penjahat-penjahat pemburu satwa langka yang tertangkap hingga kini rasanya hanyalah bagian-bagian kecil dari organisasi gelap yang terus merugikan alam Indonesia sampai saat ini. Penyelundupan masih berlangsung dengan liar, korupsi menjadi alasan lemahnya hukum untuk mengungkap sindikat yang sulit sekali dikenali identitasnya ini.

Penyelundupan hewan langka bukanlah sebuah hal yang rahasia lagi  saat ini, sudah dikategorikan umum meski tidak terungkap secara gamblang dalang dari semuanya. Katakanlah di Jerman, di tahun 2015 terdapat 1.300 kasus penyelundupan yang berhasil digagalkan oleh petugas. Ada lebih dari 580.000 satwa langka maupun produk-produk ilegal yang berbahan asal hewan langka terlindungi. Semuanya disita petugas. Ini merupakan progres empat kali lipat kenaikan ketimbang satu tahun sebelumnya. Para penjahat ini-pun semakin inovatif dalam melahirkan cara-cara penyelundupannya ke Jerman. Pernah ada terungkap seorang warga Amerika menyelundupkan satwa liar berupa tiga ekor reptil langka yang berasal dari Kepulauan Fiji yang disembunyikan dalam kaki palsunya, kata petugas douane.
 
Berikut ini beberapa satwa langka yang hanya ada di Indonesia:

Monyet Hantu

Monyet Hantu
Monyet Hantu
Monyet Hantu yang mempunyai nama ilmiah Tersius Tersier ini merupakan satwa asli Indonesia yang tinggal di Sulawesi. Satwa langka ini memiliki kemampuan melihat yang baik pada malam hari dan berpenglihatan buruk di siang hari. Monyet Hantu merupakan satwa langka yang dilindungi, sayangnya populasinya kini berkurang sebesar dua puluh persen dalam sepuluh tahun terakhir ini.

Orangutan

Orangutan
Orangutan
Sejak 10 tahun yang lalu populasi Orangutan di Kalimantan memiliki jumlah lebih dari 250 ribu ekor, namun saat ini jumlahnya tak lebih dari seperempat angka tersebut. Bahkan Orangutan yang terdapat di Sulawesi memiliki nasib yang mengenaskan akibat eksploitasi hutan yang liar. Diperkirakan saat ini, jumlah Orangutan yang ada di Barat Indonesia hanyalah berkisar 7.500 ekor.

Badak Jawa dan Sumatera

Badak
Badak
Dibandikan dengan satwa langka Indonesia lainnya, Badak Jawa merupakan spesies yang paling krisis keberadaannya. Bayangkan saja, saat ini hanyalah ada seekor Badak Jawa yang berada pada program konservasi, sedangkan di alam liar tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Sedangkan Badak Sumatera berada pada jumlah tak lebih dari 100 ekor.

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera
Harimau Sumatera
Harimau Sumatera merupakan satwa yang terancam keberadaannya. Di Indonesia, kini jumlahnya menyusut menjadi 500 ekor. Diperkirakan, tidak lama lagi Indonesia akan kembali berduka seperti halnya kehilangan Harimau Jawa dan Bali yang telah lama dirindukan keberadaannya.

Merak Hijau

Merak Hijau
Merak Hijau
Merak Hijau sebenarnya dimiliki juga oleh Indian dan Sri Langka, namun dikatakan jenis yang dimiliki di Indonesia ini memiliki mahkota di kepala yang lebih indah. Terlebih, ukurannya yang besar serta bobotnya yang hingga 5 kg, Merah Hijau-pun memiliki sensitifitas terhadap manusia.

Komodo

Komodo
Komodo
Terakhir, ialah Komodo. Satwa langka berjenis reptil purba ini hanya hidup di beberapa pulau di Nusa Tenggara. Komodo memiliki panjang lebih dari 3 meter dan memiliki bobot hingga 70 kg. Dunia barat kali pertama mengenal Komodo adalah ketika Indonesia dalam penguasaan Belanda yang akhirnya diteliti oleh ahli zoologi asal Belanda yang datang berkunjung.

Yang terahir sebagai penutup, saya minta kritik dan saran yang sifatnya membangun tulisan saya kedepannya. Jika anda seorang Blogger Keren yang belum berteman dengan rhodoy.com silahkan follow disini-> http://goo.gl/nZmkXk

3 komentar:

  1. Kangen banget ma merak hijau. Memang makin lama makin punah heu heu...
    Banyak hutan jadi tempat manusia, hewan makin terpinggirkan
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  2. Bang Rodi
    Terima kasih tulisannya
    Beberapa merupakan informasi baru bagi saya.
    Termasuk mengenai "Di Jerman, ada lebih dari 6 juta satwa langka yang masuk hingga 2014 lalu"
    Mereka untuk apa ya? Penelitian? Koleksi Kebun Binatang? atau hal yang lain?

    Salam saya Bang Rodi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu hitungan secara keseluruhan dan dengan berbagai macam alasan. Tapi sebagian besar dilakukan oleh mereka yang peduli terhadap satwa langkan dan ingin melestarikannya serta menambah kekayaan satwa langka dinegara mereka.

      Hapus

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.