Rhodoy R. Ediyansyah

Sabtu, 06 Agustus 2016

Pentingnya Pendidikan Dengan Dua Arah

Membaca sebuah tulisan seorang filsuf lokal bernama Reza Wattimena mendorong saya untuk kembali menuangkan pikirannya melalui cara yang sedikit berbeda. Pertanyaanpun muncul, bagaimana pendidikan di kehidupan ini tidak berlaju dengan baik dan bijak di hampir setiap zamannya? Hanya sedikit kalangan yang mempraktekan suatu pendidikan yang baik dan menerapkan kebijaksanaan yang arif. Di mana tidak sedikit seorang dengan pendidikan tertinggi sekalipun bisa terbuai oleh manisnya buah korupsi, bahkan kadangkala kita banyak mendengar seorang ahli agama terjerat kasus tidak pantas akibat tidak adanya terapan pendidikan dengan mengacu pada dua arah.

Pendidikan Dua Arah
Pendidikan Dua Arah
Pendidikan dengan dua arah yang dimaksud adalah sebuah sistem kerja sama dari dua gagasan yaitu pengetahuan serta pengalaman. Ini merupakan sebuah tradisi filsafat Timur yang menjadi pegangan bagi manusia agar tetap bijak dalam menjalani kehidupan melalui pendidikan yang baik tanpa hanya satu genggaman gagasan semata. Dengan dua arah yang satu tujuan ini akan menciptakan seseorang tidak sekedar cerdas dari pendidikan namun melaju untuk kebijaksanaan. Seperti lazimnya bahwasanya pengetahuan tidak sulit untuk dicari kemudian dikenyam, entah dari seseorang kita bisa belajar dengan mendengar maupun membaca buku untuk mengisi pengetahuan. Kualitas hidup kita akan meningkat dengan sendirinya ketika pengetahuan berada dalam genggaman.

Tetapi, sekedar pengetahuan saja tidak akan menjamin kehidupan kita akan baik dan jauh dari lingkaran masalah. Pegetahuan semata tidaklah cukup untuk menghadapi kenyataan-kenyataan yang setiap saat tidak bisa direka ulang. Itulah mengapa manusia membutuhkan arah yang lain yang kemudian bisa dipadukan dengan pengetahuan . Yakni pengalaman yang akan membantu kehidupan kita berkembang dengan kebijaksanaan. Pengalaman adalah kontak langsung dengan fakta yang ada secara transparan tanpa ditemboki sebelumnya oleh konsep. Pola seperti ini bisa diraih ketika seseorang memahami betul dirinya sendiri, yaitu mengerti mengenai jati dirinya sebagai manusia. Di Indonesia pola inilah yang menjadi langka dalam sistem pendidikannya.

Ketika kita mengerti jati diri kita dengan sebenar-benarnya maka kita akan melihat identitas sosial hanyalah sebagai bagian luar dalam diri kita, kita bukan sebuah identitas sosial dan nilai itu tidaklah dominan sebagai menyelimuti diri kita sendiri, kita adalah diri kita sendiri. Jika pengertian terhadap jati diri sendiri ini dilakukan beserta pengetahuan yang terus diisi maka kebijasanaan dalam berkehidupan akan terjadi. Sebaliknya, andai pendidikan dua arah tidak terpakai, maka kebodohan-kebodohan akan membentuk manusia-manusia di kehidupan ini. Jika hanya berteguh pada satu gagasan maka kita akan banyak tersesat dan bingung dengan tujuan arah yang sebenarnya, kita tidak akan melampaui kemunafikan diri kita sendiri.

Pendidikan yang hanya berpacu pada pengetahuan saja maka akan menciptakan orang-orang pintar yang berproyeksikan untuk melakukan hal-hal tercela semacam korupsi  kala tiba kesempatan. Pendidikan yang hanya berlaju pada pengalaman saja maka akan melahirkan manusia-manusia yang enggan luwes dalam melakukan berbagai hal yang menjadikan kehidupan mengandung tanpa visi.

Maka dibutuhkanlah keselarasan keduanya sebagai jalan pikir pendidikan. Banyak orang bernafsu menuntut ilmu hingga rela loncat-loncatan meraih kaki langit. Bagi mereka, pengetahuan adalah segala-galanya untuk menjadi bagian dari kehidupan ini. Dengan pengetahuan yang rakus dan tak pernah puas mereka berangapan bahwa dunia ini perlu untuk dipecahkan terus dan terus. Jika begitu adanya maka mundurlah untuk menjadi orang yang dibutuhkan. Kita tidak membutuhkan orang pintar, terlalu banyak orang yang  demikian di masa-masa kemarin. Kita hanya memerlukan seorang yang mampu berkendara di kehidupannya dengan dua arah pendidikan yaitu pengetahuan dan pengalaman. Seorang jenius dengan gelar tertinggi dan gaya hidup yang mengesankan akan menjadi tak berguna jika dalam ruang hatinya kosong dan menderita. Seseorang yang bersama pengetahuannya yang luas tanpa ada kedamaian serta kebijaksanaan di dalam hatinya maka akan hanya menciptakan penderitaan batin bagi dirinya sendiri, bahkan pula orang lain. 

Yang terahir sebagai penutup, saya minta kritik dan saran yang sifatnya membangun tulisan saya kedepannya. Jika anda seorang Blogger Keren yang belum berteman dengan rhodoy.com silahkan follow disini-> http://goo.gl/nZmkXk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.