Rhodoy R. Ediyansyah

Kamis, 26 Oktober 2017

Bangun Komunikasi Keluarga dengan Mencontoh 5 Karakter Rasul SAW Ini

rhodoy.com - Perbedaan merupakan sebuah hal yang mutlak terjadi dalam kehidupan keluatga kita. Hanya komunikasi keluarga yang bisa menjadi jembatan untuk menyatukan dua tepi jurang perbedaan tersebut.

Karakter Rasul
Nabi Muhammad SAW
Adegan kakak adik yang rebutan remot atau anak yang menginginkan perhatian dan waktu kita merupakan salah satu contoh sederhana namun bisa menimbulkan masalah kompleks jika tidak segera Anda sebagai orang tua menganggap remeh hal ini. Keributan yang semula hanya perebutan remot dan adu mulut bisa berlanjut menjadi aksi saling pukul.

Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika sejak dini, kita telah memberi teladan yang baik melalui komunikasi sekaligus menanamkan pengertian untuk saling mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain. Boleh saja membiarkan mereka menonton tayangan animasi, namun tetap perlu pengawasan karena animasi anak-anak seperti Sponge Bob, Doraemon, Dragon Ball, Frozen, Spiderman, dan lainnya memiliki isi yang masih umum (semua umur, bahkan kadang-kadang cenderung dewasa) meski tampilannya dikemas untuk anak-anak. 

Nah, kembali pada bagaimana cara memberi teladan yang baik untuk membangun komunikasi dan keharmonisan keluarga, yaitu hubungan antara anak dengan orang tua atau antaranak. Anda bisa meneladani sumber teladan utama, Rasulullah SAW, yang perilaku dan tutur katanya sudah tidak diragukan lagi mampu membuat tak hanya keluarga, tapi juga orang lain menyukainya.

Karakter Rasul SAW seperti apa saja yang bisa Anda contohkan pada anak. Pertama, mendengar sepenuh hati. Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan kasta. Beliau menerima orang dari kalangan budak, bangsawan, kulit hitam dan kaum minoritas lainnya dengan tangan terbuka dan penuh perhatian mendengar keluh kesah mereka.

Anda bisa menerapkannya dalam keluarga yang Anda bangun. Mulai dari istri hingga anak-anak. Yakinkan pada mereka bahwa kasih sayang yang Anda berikan tidak berbeda tapi sesuai proporsinya. Hindari menanam rasa benci terhadap anak yang bandel atau susah diatur. Sebaliknya, ajak ia bicara dan mulai berdiskusi dari hati ke hati untuk mencairkan hubungan.

Karakter Rasul SAW yang kedua yaitu memberi tanggapan, bukan reaksi keras terhadap orang yang datang padanya untuk curhat padanya. Lantas apa bedanya tanggapan dengan reaksi? Tanggapan atau respon lebih cenderung pada perhatian sebagai umpan balik dan tanggung jawab sebagai pendengar yang baik.

Tidak selalu positif, tanggapan juga bisa diberikan dalam bentuk nasihat pada mereka untuk tidak melakukan satu hal. Sedangkan reaksi cenderung mengarah pada bentuk respon pasif yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah.

Anda bisa menerapkan karakter Rasul SAW ini saat dihadapkan pada masalah anak yang terjadi di sekolah. Anak yang dididik untuk terbuka akan mudah untuk menceritakan keseharian mereka di dunia sekolah maupun dunia bermain di lingkungan dekat rumahnya.

Misalnya ada teman sekolah mereka yang akan marah jika tidak diberi cotekan saat ulangan. Beri tanggapan yang menunjukkan respon positif Anda terhadap mereka, yaitu berupa solusi jika sang anak menghadapi permasalahan yang sama. Ajak anak pecontek itu ke rumah lalu belajar bersama. Sifat baik anak Anda pun bisa si pecontek menjadi pribadi yang lebih baik.

Karakter Rasul SAW yang ketiga yaitu memberi empati. Anda pernah mendengar client centered therapy? Temuan terpenting dan terbesar di bidang psikologi ini mampu mengatasi gangguan psikologis tingkat kronis dengan mengandalkan fungsi pendengaran. Memberi empati dengan menjadi pendengar yang baik merupakan salah satu contoh pengaplikasiannya.

Ketika anak curhat, ini menunjukkan bahwa mereka sudah mulai terbuka dan komunikasi keluarga Anda telah berjalan efektif. Anda hanya perlu menjaganya agar tidak berubah meski mereka telah beranjak dewasa dan cenderung menyimpan masalah sendiri.

Memberi empati berarti Anda juga ikut merasakan kesulitan yang telah mereka alami. Empati bisa dibangun dari rasa cinta dan sayang Anda terhadap mereka. Dengan menunjukkan empati, tidak hanya beban psikologis mereka yang berkurang, beban psikologi dan stress Anda pun bisa diobati dengan cara ini.

Karakter Rasul SAW selanjutnya yaitu memberi perhatian yang hangat. Utusan Allah yang terakhir ini merupakan seorang lelaki yang lahir di tengah-tengah kaum Quraisy, yang di siang harinya sangat dekat dengan manusia, sedangkan di malam harinya sangat dekat dengan rabb-nya, Allah. Kakinya bahkan membengkak karena qiyamul lail.

Anda tahu bagaimana sikap Rasul SAW saat ada laki-laki yang curhat padanya? Seluruh tubuhnya dihadapkan pada orang yang curhat dan duduk dengan posisi kedua lutut beliau menempel pada kedua lutut orang itu. Seakan beliau ingin merasakan kesulitan orang itu dan menularkan semangat/kekuatan pada orang itu melalui posisi tersebut.

Bentuk perhatian seperti itu sudah sangat jarang kita lihat. Nah, kita bisa membangunnya kembali dari keluarga kecil. Salah satu bentuk perhatian yang bisa Anda lakukan yaitu mendengar curhat anak dengan baik. Jika saat itu Anda sedang memegang gawai/gadget, letakkan sebentar dan alihkan perhatian sepenuhnya pada mereka.

Karakter terakhir, yaitu membuka hati untuk menerima. Dari Anas bin Malik r.a., dia berkata bahwa ada seorang wanita datang menemui Rasul SAW seraya berkata, “Aku mempunyai keperluan terhadap engkau.” Beliau bersabda,”Duduklah dimana pun tempat di Madinah yang engkau inginkan, maka aku siap mendengarkanmu.” (HR Abu Dawud).

Hadits tersebut menunjukkan kesediaan dan kerelaan beliau untuk mendengarkan hingga mempersilakan wanita yang datang menghadap kepadanya untuk duduk di mana pun ia sukai di Madinah dan Rasul SAW siap untuk mendengarkan masalahnya.

Saat anak Anda menyatakan ingin curhat, buka hati untuk menerima mereka sepenuhnya, karena sesungguhnya mereka pun telah berusaha untuk memantapkan hati mereka hingga bersedia untuk terbuka pada Anda. Dengan membuka hati, tak hanya empati Anda yang bisa lahir, tapi juga kepuasan mereka terhadap Anda yang bersedia menerima curhatan mereka.

Lima karakter Rasul SAW terhadap keluarga dan masyarakat tersebut merupakan contoh komunikasi keluarga yang mudah untuk diaplikasikan. Hanya saja, kita cenderung mengatasnamakan sibuk dan lelah kerja. Jika sudah demikian, cara mengingatkan diri pribadi adalah dengan bertanya, untuk siapa sibuk dan lelah kita? Bukankah untuk mereka? Keluarga: istri dan anak-anak tercinta? (Adv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.