Rhodoy R. Ediyansyah

Rabu, 14 September 2016

Pendidikan dan Komersialisasi

Kita tahu bahwa pendidikan adalah sebuah jalan bagi Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya sehingga akan menghasilakan sumber daya manusia yang mumpuni di masa depan bagi Negara itu sendiri. Tetapi, nampaknya bukan semacam itu yang dikehendaki Negara ini dari pendidikan, melainkan menjadi lahan menghasilkan uang yang siap guna di waktu dekat. Jelasnya, seseorang harus membayar mahal guna mendapat asupan pendidikan yang bermakna sekaligus berkualitas, harga yang hanya dapat dipenuhi oleh kaum minoritas Negeri ini.

Komersialisasi Pendidikan
Ilustrasi
Dari kacamata yang begitu jelas kita dapat menyaksikan bahwa sekolah yang kita kenal sebagai instansi pendidikan tidak lagi mengumbar nilai dasarnya, namun menggamblangkan hal-hal yang kurang lebih seperti pasar dengan bisnis yang keluar masuk. Alasan paling rasional ialah dibutuhkannya uang pemulus kepada pemerintah, agar dapat  bertahan sebagai sekolah terbaik. Inilah dalang yang menjadi penggerak dangkalnya esensi pendidikan di Negeri ini yang terus berevolusi tanpa adanya tindakan penghenti. Suap menyuap sudah bagaikan rumus dasar yang terus menjadi kode etik bagi para konglomerat untuk dapat mendapatkan ruang berladang.

Hal serupa dapat kita lihat dari bidang ekonomi, banyak pengusaha berbondong-bondong mengantri mengirimkan bunga cantik kepada pemerintah sebagai jalan mempertahankan usaha bisnisnya. Sebagai bentuk menghilangkan perasaan bersalah, pada hari-hari besar keagamaan, mereka para pejabat pemerintahaan itu mencoba menutupi dosa-dosanya di mata masyarakat dengan menyumbang-nyumbangkan uang agar dianggap berwajah baik. Padahal, wajahnya tetap saja kotor, dan akan selalu kotor selama aktivitas haramnya terus diberlangsungkan.

Kemersialisasi Pendidikan
Ilustrasi
Selain itu pula, terkadang mereka para pejabat meminta uang liburan, bahkan hanya sekedar ke luar negeri bersama keluarganya kepada pengusaha. Jelas sekali kalau mereka tidak bisa menolak, jika itu terjadi, maka apa yang si pengusaha jalankan akan bermasalah dengan hukum yang merupakan wewenang daripada si pejabat. Dengan begini, maka para kaum buruh akan semakin terhimpit ruang kesejahteraannya sehingga kemiskinan terus menerus menggeliat sebagai kangker tanpa terapi. Keuntungan yang didapat mereka tidak kian meningkat, dikarenakan sudah dialokasikan kepada pejabat pemerintah, uang yang seharusnya menjadi sumber bahagia kaum buruh, nilai gaji akhirnya tetap statis.

Tak hanya bidang ekonomi saja, korup tak pelak melanda di sektor hukum sekalipun. Hukum yang merupakan kontraksi daripada korupsi ini justru dipenuhi orang-orang berhati busuk dari golongan korupsi. Aktor di dalam hukum ini justru membiarkan banyak pelanggarnya untuk terus menjalankan roda liciknya sehingga korupsi terus dan terus terlestarikan. Pengacara, jaksa, bahkan hakim sekaliber tak akan lagi punya wibawa bilamana disodorkan suap. Bahkan undang-undang-pun kini punya harga di pasar konglomerat, tak lagi punya kekuatan di mata uang. Saat ini, kejahatan bukan lagi sebuah kejahatan bagi para pejabat hukum, melainkan dipandang sebagai keuntungan yang bisa menguntungkan pribadi serta sanak saudaranya.

Solusi?
Pada perkembangannya, sistem kehidupan suatu bangsa dapat dirubah dengan tangan politik dan ekonomi. Namun, harapan yang telah terlampau besar itu justru menjelma menjadi kejenuhan. Kenyataan yang sudah dapat kita saksikan secara perih adalah, keduanya justru menjadi iblis bagi suatu bangsa dan Negara. Jangankan memperbaiki kehidupan bangsa, memperbaiki dirinya sendiri saja tidak pernah bisa. Atas inilah bidang pendidikan yang merupakan harapan tunggal perubahan bangsa tercemar dan ikut berisi masalah. Politik bercampur tangan di bidang ini, uang menjadi alasan.

Berkat cuci tangan politik, pendidikan-pun jatuh pada pengajaran yang sifatnya teknis saja, tidak semata menapaki hati para peserta didiknya. Di sini kita membutuhkan untuk menggalakan pendidikan yang mengubah hati. Pendidikan yang mengubah hati merupakan pendidikan yang membuat para murid untuk merubah hatinya menjadi lebih bermoral, tidak hanya sekedar pada nilai-nilai teknis saja. Akal dapat digunakan sebagai alat mencapai berbagai tujuan, namun hati menggambarkan otentisitas jiwa seseorang. Maka dari itu perlu adanya sosok yang dapat melakukannya, filsuf dan sastrawan sekiranya adalah kunci dari ini semua.

Pendidikan dengan hati dapat menyentuh permukaan terdalam sanubari yang membuat dia berubah. Tidak seperti pendidikan dengan metode penghafalan, ini tidak bisa membentuk hati seseorang. Kemampuan teknis semacam: menghitung, mengolah minyak, membuat besi memang dibutuhkan. Namun, bangsa ini jauh lebih memerlukan sosok orang yang mempunyai kebesaran hati. Hati yang terbuka serta sabar terhadap orang lain tidaklah berkat kesamaan identitas seperti seagama, sebangsa, bahkan satu ras, melainkan berkat kemurnian hati nurani yang selalu haus ingin menolong apapun. Para peserta didik semestinya harus dimulaikan dari sekarang agar mau peduli terhadap dunia. Kepedulian yang tanpa memandang hitungan untung rugi, tetapi berdasarkan solidaritas dari kepekaan hati nurani.

Yang terahir sebagai penutup, saya minta kritik dan saran yang sifatnya membangun tulisan saya kedepannya. Jika anda seorang Blogger Keren yang belum berteman dengan rhodoy.com silahkan follow disini-> http://goo.gl/nZmkXk

1 komentar:

  1. Maksudnya semacam ada sekolah yang menyuap dinas/instansi tertentu supaya sekolahnya jadi sekolah terbaik ya Mas? Sy baru dengar nih. Yang pernah beberapa kali saya dengar soal orang tua yg menyuap supaya anak bisa diterima di sekolah2 favorit.

    BalasHapus

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.