Rhodoy R. Ediyansyah

Jumat, 29 Juli 2016

Lahan Bisnis dan Kekuatan Inovasi Dibalik Sejarah Tusuk Gigi

Apakah anda seorang entrepreneurship? Bagaimana anda mencari lahan bisnis? Sejauh manakah inovasi bisnis yang sudah anda lakukan? Tahukah anda bahwa kreatifitas merupakan salah satu kunci kesuksesan bisnis? Berikut ini kita akan bahas Lahan Bisnis dan Kekuatan Inovasi Dibalik Sejarah Tusuk Gigi.

Lahan Bisnis Tusuk Gigi
Tusuk Gigi
Ketika kita selesai makan kebanyakan dari kita tidak nyaman dengan sisa-sisa makanan yang menyempil di bagian gigi. Entah makanan yang kita kunyah seperti daging ataupun makanan padat lainnya. Kita akan merasa terganggu dimana mulut kita akan terasa kasar-kasar tidak karuan. Khususnya dalam hal kepercayaan diri. Sisa-sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi akan mengurangi tingkat kepercayaan diri kita dalam berhadapan dengan orang lain. Jangankan orang asing atau seorang klien kerja, seorang teman karib sekalipun akan menertawai dalam hatinya jika kita tampil dengan sisa makanan di bagian gigi. Apalagi ketika kita membuka lebar mulut ketika senyum, bukannya senang kita beri senyum malah meledek entah secara langsung atau tidak.

Memang konyol terdengar, kitapun akan merasakan hal yang sama bila melihat mulut orang lain kotor dan terdapat sisa-sisa. Biasanya jika kita mendapati masalah seperti ini kita langsung pergi ke toilet untuk menggosok gigi atau berkumur dengan pembersih kuman mulut. Tapi bagaimana jika kita tidak sedang di rumah? Atau malas pergi ke kamar mandi dan alergi pembersih kuman mulut. Kita biasa menggunakan tusuk gigi sebagai solusi praktis. Kendati hanya terbuat dari kayu dan sangat sederhana tusuk gigi merupakan sebuah tekhnologi yang cukup efektif bagi umat manusia modern. Dewasa ini kita memang dituntut keras dalam hal penampilan maka dari itu tusuk gigi menjadi barang yang efisien.

Charles Foster menjadi seorang yang didapuk sebagai bapak dari barang sederhana ini. Tusuk gigi mulai dikenal sebagai alat pembersih gigi di seluruh dunia adalah berkat Charles. Pada awalnya Charles yang ketika itu sedang berada di Brazil sebagai pekerja terkesan dengan penampilan gigi orang-orang Brazil yang bersih dan rapi. Charles yang pada saat itu adalah seorang pekerja muda bisnis ekspor-impor tak ingin melewatkan kesempatan emasnya di Brazil. Ia mulai mencari tahu bagaimana orang-orang Brazil merawat giginya. Hingga akhirnya Charles menemui beberapa orang yang sedang menggosokan kayu kecil runcing ke dalam mulut mereka dan dinding gigi. Melihat fenomena aneh itupun Charles langsung melakukan wawancara massal. Di sinilah Charles mengetahui penyebab orang-orang Brazil memiliki gigi-gigi yang terawat.

Di Brazil masyarakat lokal sudah sangat dekat dengan tradisi membersihkan gigi dengan barang-barang yang memungkinkan. Pertama adalah menggunkan barang yang terbuat dari logam yang merupakan peninggalan pada zaman perunggu. Baru ketika memasuki zaman modern masyarakat di sana mulai mengadopsi tusuk gigi yang terbuat dari logam itu dengan kayu. Pembuatan tusuk gigi dengan kayu dirasa lebih nyaman karena tidak berpotensi merusak gigi atau bagian mulut lainnya karena tajam. Sayangnya karena tusuk gigi di sana merupakan sebuah alat tradisional maka pembuatannya tidak dipatenkan dan hanya berupa kayu secara asal. Baru ketika Charles datang tusuk gigi menjadi mulai dimantapkan bentuknya.

Charles yang melihat kegunaan tusuk gigi sebagai barang yang cukup berguna bagi manusia khususnya dalam hal penampilan langsung melancarkan strategi bisnis. Dirinya mengadopsi tusuk gigi yang merupakan alat tradisional Brazil secara menimalis dalam jumlah banyak. Charles yang berrencana memproduksi tusuk gigi secara banyak dan cepatpun tiba-tiba muncul ide untuk menciptakan mesin pembuat tusuk gigi secara praktis. Bukan Charles yang membuat mesin itu namun seorang insinyur bernama Benjamin Franklin. Bersama mesin yang diciptakan Franklin maka Charles dapat menghasilkan tusuk gigi dalam jumlah jutaan dalam sehari.

Melihat tidak mungkin dirinya memasarkan barang jualannya itu ke orang-orang biasa sebagai kebutuhan sehari-hari Charlespun mencoba menawarkan ke rumah-rumah makan di tempat tinggalnya di Boston sebagai alat pembersih gigi bagi pelanggan yang selesai makan. Tidak mengerti maksud dari barang yang diperkenalkan Charles barang tersebutpun kurang diminati. Tak patah arang Charles kemudian merambah pemasaran tusuk giginya ke toko-toko kelontong dengan sistem menitipkan barang jualannya yang kemudian uang ditarik ketika terjual.

Melihat dampak baik dari sistem yang dilakukannya di toko-toko kelontong Charles kemudian kembali mencoba ke ranah rumah-rumah makan. Kali ini berbeda, sebelum Charles menawarkan kepada pemilik restoran untuk membeli tusuk giginya ia lebih dahulu menyewa beberapa orang untuk berperan sebagai pelanggan restoran. Usai menyantap makanan di rumah makan kemudian orang bayarannya mengeluhkan kepada pihak restoran karena tidak memfasilitasi tusuk gigi sebagai pembersih gigi mereka setelah memakan daging. Sungguh ide yang cerdas, strategi Charles itupun bekerja dengan baik dan banyak rumah-rumah makan tertarik untuk menggunakan tusuk gigi untuk kenyamanan pelanggan.

Hingga kini barang yang diperkenalkan Charles telah menjadi tekhnologi yang global dan universal. Kendati sangat sedehana tusuk gigi sudah menjelma sebagai barang pokok bagi manusia modern seperti sendok atau penggosok gigi. Selain daripada penemuannya itu, sosok Charles Foster patut diapresiasi mengenai usaha memperkenalkan barang jualnya. Hingga kini strategi bisnis Charles menjadi sesuatu yang menginspirasi bagi dunia pemasaran.

Yang terahir saya minta kritik dan saran yang sifatnya membangun tulisan saya kedepannya. Jika anda seorang Blogger Keren yang belum berteman dengan rhodoy.com silahkan follow disini-> http://goo.gl/nZmkXk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingat boss sebelum berkomentar, baca ini dulu
1. Komentar yang relevan dengan tulisan
2. Dilarang live link, komentar yang terdapat link aktif report SPAM, link non aktif tidak akan dikunjungi balik.
3. Dilarang promosi dalam bentuk apapun
4. Dilarang berkomentar SARA, Po*n, J*di, dll
5. Apabila melanggar dihapus dan dilaporkan sebagai SPAM ke Google
6. Tidak perlu nulis link di komentar, yang sudah komentar akan saya kunjungi balik lewat profi google anda.
7. Komentar yang hanya seadanya seperti "Mantab Gan", "Nice Info", dll tidak akan dikunjungi balik.